Gimme A Word

Aku benar-benar nggak tau kepada siapa aku harus berbagi ketika aku benar-benar merasa sedih. Kepada Sang Pencipta itu pasti, maksudku adalah aku ingin berbagi dengan seseorang, seseorang yang berbentuk, seseorang yang nyata, seseorang yang (mungkin) bisa meminjamkan salah satu sisi bahunya untuk ku bersandar ketika aku benar-benar membutuhkan tempat untuk bersandar. Setidaknya untuk menenangkanku ketika aku merasa sedih sendirian. Ketika aku merasa sedih pada beberapa hal yang kualami.

Ketika aku merasa sedih dan tak ada seorangpun yang bisa kuajak bicara, aku hanya bisa menangis. Sendiri. Menangis memang bisa membuatku lebih tenang, tapi terkadang aku butuh seseorang untuk mendengarkanku, cukup mendengarkan saja.

Tapi aku bingung pada diriku sendiri. Kembali lagi pada kepercayaan. Rasa percaya yang sekarang benar-benar sangat sulit kubangun kembali kepada semua orang. Sulit. Tolong, beri aku satu kata, satu kata yang bisa membuatku memulai kembali untuk membangun sebuah kepercayaan pada seseorang. Cukup satu kata agar aku percaya.

Hidup dengan rasa curiga pada orang lain dan waspada yang berlebihan benar-benar membuatku muak. Sampai kapan aku harus seperti ini? Ini bukan mauku, tapi kenapa selalu dibuat begitu?

Tolong, beri aku satu kata, buat aku percaya, buat aku yakin bahwa semua yang kalian katakan itu benar. Aku capek. Aku juga cuma manusia, yang tak bisa jauh dari manusia lain. 
Read More..

111113 - Usia 24

Happy birthday akuuu
Happy birthday akuuu
Happy birthday akuuu
Happy birthday akuuu


Selamat ulang tahun buat aku. Buat 24 tahunku hidup di dunia ini. Buat segala yang aku miliki sekarang. Dan sekali lagi, happy birthday for me.

Pertama, Allah SWT, subhanallah sekali. Seberapapun besar dosaku, "maksiat" yang pernah kulakukan, yang nggak bisa kuukur menggunakan alat apapun, seperti timbangan, termometer, meteran kayu, dan lain sebagainya, Allah masih mau berada di sampingku. Allah masih melindungiku. Semuanya, Allah masih menganggapku ada. Terimakasih God, terimakasih telah selalu ada di hatiku. Terimakasih telah memberiku beberapa pikiran logis akhir-akhir ini. Terimakasih.


Kedua, tentu buat orang tuaku. Selalu dan utama. Tiap hari juga selalu doa buat orang tuaku. Yang udah baik banget besarin aku sampai segedhe ini. Yang sampai sekarang masih selalu aku repotin. Dan yang nggak akan pernah bisa kuhitung seberapa besar kebaikan mereka buat aku. Itu nggak akan pernah selesai jika aku menerapkan ilmu matematika di sini. Karna kebaikan mereka tak terbatas, selayaknya kamu menghitung berapa banyak sudut yang dimiliki oleh sebuah lingkaran.

Ketiga, kakak dan adikku. Tambahan satu keluarga lagi, yaitu kakak iparku. Cieee,, sekarang aku dah punya kakak cewek looohhh.  Mereka juga subhanallah sekali buat aku.

Keempat, buat aku. Kereeenn banget aku bisa bertahan hidup sampai sekarang. Kalau bukan karna Allah, itu mustahil. Semua ke"galau"an ku selepas aku beranjak dewasa dan sudah mulai memikirkan apa itu "hidup", jika bukan karna kehendak dan kuasa Allah, aku pasti nggak akan bisa melewatinya. Thanks God, You are my everything.

Kelima, Lina. Ini sahabatku. Nggak ada orang lain di Jogja yang bisa kuuber-uber selain dia. Entah saat seneng, sedih, marah, kecewa, semuanya. Dan tahun ini, kado yang dia kasih super aneh semua, ada go commando (celana dalam dan BH), sepasang sendok dan garpu dengan doraemon sebagai wadahnya, dan white rubik. Oke, menurutnya semua barang itu ada filosofinya. Go commando, artinya dia dah tau banget aku luar dan dalam. Sepasang sendok dan garpu, artinya sahabat yang tak terpisahkan (Amin), untuk doraemon, itu karna dia suka banget doraemon (ini alasan paling nggak nyambung). Dan white rubik, hidup itu penuh lika-liku, kamu harus menempuh perjalanan yang panjang dan perjalanan panjang itu adalah doamu, kamu akan merasa jenuh, merasa sulit, merasa bosan dalam setiap langkahmu, itu adalah proses, dan ketika kamu telah mendapatkan akhir dari perjalananmu, kamu akan merasa sangat sempurna dengan pengalaman yang sudah didapatkan. Ketika itu terjadi, akan ada permulaan-permulaan baru lagi, dengan hidup yang baru dan langkah yang baru pula. Menurutnya aku bisa mainin permainan itu disaat senggangku sambil menunggu jodoh yang tak kunjung datang (filosofi macam apa ini???).

Keenam, Rian. Heh, stop ya. Udah cukup, sampai di sini saja. Usiaku udah 24 tahun dan kamu 30 tahun (seharusnya). Aku harus move on dari semua pikiran tentangmu. Harus. Karna aku nggak akan mungkin memikirkan kamu seumur hidupku. Kamu punya hidup sendiri, begitupun denganku. Apa yang sudah kamu beri, itu adalah kenangan buatku. Dan itu akan membantuku untuk melangkah lebih baik ke depan. Terimakasih untuk 8 tahun ini.

Ketujuh, mantanku sekantor yang aku sayang. Kamu baik banget sama aku, tapi sayangnya aku merasa kamu bukan pilihan yang tepat untukku. Lagian percuma kan beib, aku dapat ragamu tapi aku nggak dapat hatimu 100%. Itu kan sakit banget beib. Kuharap kita berdua bisa menemukan pilihan yang tepat untuk masih-masih yaa. Heh, kita belum saling tukar-tukaran kado yaah.

Kedelapan, buat team Khoiri yang paling oke banget. Salut deh buat kalian. Biasanya GM cuma makan-makan doang, eh sekarang naik-naik ke puncak gunung, tapi belum keburu sampai puncak, kaki udah pada gemeteran. Hahaha.. jadi cuma bisa sampai pos 1 Gunung Purba saja. Tapi nggak apa lah. Yang penting kebersamaannya. Seneng banget aku di ultahku ini ada kalian yang nemenin aku. Semoga doaku yang kalian amini di pos 1 Gunung Purba itu, segera tercapai. Amiiiinnnn...

Kesembilan, buat semua sahabatku, Usi, Kiki Riski, Vian, Kyana, Idoz, Sadita, kuharap benar-benar tak ada reminder di hari ultahku ini di hape atau kalender kalian. Makasih banget atas doa dan support-nya. I love u all.

Kesepuluh, buat temen-temen kantorku yang tiap hari ketemu sampai bosen. Tetap semangat buat kalian semua. Kalian adalah keluargaku saat ini yang paling sering berada di sampingku. Kalian yang terbaik.

Dan kesebelas, buat temen-temen facebook dan twitter yang udah ngucapin, makasih banget doanya kawan.

Sekali lagi, happy birthday aku, selamat menjalani usia 24.
Read More..

SosMed itu Lebay

"bukan nggak bisa move on dari orangnya, tapi sulit move on dari kenangannya. 
contoh, nggak ada lagi yang bakal nyetem'in gitar gw lagi. fiiuuhh.."

Gara-gara status ini di facebook, sahabatku bilang, "lu kenapa? lu masih suka sama dy? lu kangen ma dy?" dan aku cuma bisa senyam senyum nggak jelas dan yang terucap di mulutku cuma "mbuuuhh,".
Eh malah dipanjangin ma dy, "lu nyesel putus ma dy? lu pengen balikan ma dy?" reflek kujawab, "nggak,".

Apa coba maksud pembicaraan itu? Hahaha...

Oke, begini ceritanya, sabtu kemaren aku bosen banget, ngeliat gitar di depan mataku rasanya pengen banget mainin tu alat. Aku emang nggak bisa maen gitar, kan lagi belajar. Akhirnya kuambil aja deh tu gitar, kukeluarin dy dari sarungnya. Pas neken beberapa kunci, jreng, eehh.. suaranya kemana-mana. Aduuhhh,, nggak enak banget didenger suaranya. Biasanya kalau kayak gitu, aku langsung sms si X, "yank, suara gitarnya nggak enak". Datang deh dy keesokan harinya. Sekarang, aku mau sms siapa? hahaha...

Kangen sama dy? Nggak tau ya,, mungkin iya. Masih suka sama dy, mungkin iya. Tapi emang kalo ditanya tentang nyesel atau nggaknya, tentu kujawab nggak nyesel. Ya emang nggak nyesel, ngapain coba nyesel segala, itukan pilihanku, keputusanku, ya itu lah yang terbaik buatku. Aku tau apa yang kumau kok. Masih pakai logika juga kok.

Ya, aku rasa wajar sih kalau habis kehilangan seseorang jadi rada2 galau nggak jelas gitu wajar. Seminggu dua minggu pasti udah biasa lagi. Biasa nggak smsan, biasa nggak ada yang merhatiin, biasa nggak ada yang ngapelin, serba biasa pokoknya. Hahaha... Badanku cepet kok kalo disuruh adaptasi. Jadi ya sewajarnya aja. Kecuali kalau status di sosial media, itu mah beda, harus lebay. Hahaha..
Read More..

I Love You But I Love MySelf More

Well, okay, ini tulisan tentang pacarku,, emm.. maybe sudah mantan. Ah aku juga tak tau apa statusku dengannya sejak pertama kali mengenalnya. Tak ada kesepakatan.

Pernah aku mengatakan padanya, "jika ingin mencari yang lain, carilah orang yang tidak kukenal, jangan temanku". Oke, aku rasa kalimat itu sudah sangat cukup jelas.

Aku tidak ingin percaya siapapun, ini sudah pernah kukatakan ditulisanku sebelumnya. Apa yang kulihat dan kurasakan, itulah yang kupercaya. Prinsip ini, apakah termasuk salah satu tanda meng"aku"kan aku? Kurasa tidak, salah, seharusnya tidak.

Banyak rangkaian kata terdengar di telingaku setiap hari, dari si A, si B, si C, dan sebagainya. Terlebih lagi setelah aku cuti 9 hari kemarin. Oke, telingaku panas, hatiku menciut, itu pasti. But, stay calm and no action. Aku hanya mendengarkan. Sampai seorang sahabatnya memberiku beberapa saran dan masukkan. Memberiku beberapa pandangan, yang sebenarnya itu memang sudah ada dipikiranku, dan dia sangat berjasa untuk menguatkan pikiran itu.

Semalam temanku mengatakan sesuatu tentang dia, sesuatu yang mungkin aku (tidak) menyukainya. Sudah kubilang, tolong jangan temanku. Aku memang sempat berpikir bahwa mereka mempunyai hubungan yang lebih. Tapi aku mencoba untuk tetap netral pada keadaan. Karna aku tak tau apakah pikiranku benar atau itu hanya perasaanku saja.

"Who am I?" Akhirnya pertanyaan itu muncul dipikiranku. Siapa aku baginya? Ahh,, shit with that question. Sebenarnya pertanyaan ini sangat ambigu. Buatku pertanyaan ini mengandung dua arti, apakah aku mulai menyayanginya? atau sukaku padanya (memang) tidak tulus?

Pertanyaan itu sedikit mengena bagiku, dan aku teringat pertanyaan sahabatnya, "kamu cinta sama dia kan?". Oke, aku mulai berpikir. Akhir-akhir ini aku sering memikirkannya, sering merasa sedih ketika tahu bahwa dia punya wanita lain di hidupnya. Aku sedih dan ini menyakitiku. Aku sadar, inilah fase dimana aku mulai menyayanginya.

Semalam, tanpa sengaja setelah temanku mengatakan sesuatu tentang dia, aku punya alasan untuk memulai keributan dengannya. Membuat sebuah alasan untuk menjauh dari hidupnya, tanpa dia harus tau seperti apa perasaanku yang sebenarnya. Yang dia cukup tau, adalah alasan awal kami memulai hubungan ini, just for fun, let it flow.

Cukup itu. Karna jika aku meneruskan hubungan ini, hanya aku yang akan selalu merasa sakit. Bodoh jika aku meneruskannya. Sudah jelas, susah payah aku membangun hatiku kembali dari keadaan mati rasa, aku tak ingin menghancurkannya lagi. Aku menyayangi diriku lebih dari siapapun. Jika tak ada orang yang benar-benar ingin melindunginya, aku sendirilah yang akan melindunginya, sampai saat tepat yang sudah dijanjikan oleh Tuhan datang padaku.

I choose my friend and I let go of my lover, I love you darl' but I love my self more,,
Read More..

The One That Got Away + Use Somebody

Summer after high school when we first met
We make up in your Mustang to Radiohead
And on my 18th Birthday
We got that chain tattoos

Used to steal your parents' liquor
And climb to the roof
Talk about our future
like we had a clue
Never plan that one day
I'd be loosing you

And in another life
You would be my girl
We keep for our promises
Be us against the world

And in other life
I would make you stay
So I don't have to say
You were the one that got away

I've been roaming around
Always looking down at all I see
Painted faces, fill the places I cant reach

You know that I could use somebody
You know that I could use somebody

Someone like you
Someone like you

And in another life
You would be my girl
We keep for our promises
Be us against the world

And in other life
I would make you stay
So I don't have to say
You were the one that got away

And in another life
(Someone like you)
You would be my girl
We keep for our promises
(Someone like you)
Be us against the world

And in other life
(Someone like you)
I would make you stay
So I don't have to say
(Someone like you)
You were the one that got away



dedicated to Andryan Firmansyah ||  covered by Alex Goot feat Chad
Read More..

Selalu, di Bulan November

Jam dinding itu masih terus berputar
Berdetak detik demi detik
Tak terasa waktu terus berjalan
Mengiringiku hingga sang fajar menyapa kembali

Delapan tahun hampir berlalu
November kembali bersimpuh
Seakan terdiam di depan layar bioskop
Ingatan itu kembali dimainkan oleh sang lakon

Jelas terekam kenangan itu
Kenangan di bangku SMA berasama sosok itu
Pahit dan manis sebuah cerita
Yang tercipta selayaknya sebuah takdir

Ini bukanlah takdirmu
Ini takdirku
Takdirku untuk selalu mengingatmu
Takdirku untuk selalu menunggumu

Selalu ada tulisan tentangmu
Selalu ada doa yang lebih untukmu
Karna aku benar-benar mengingatmu
Selalu, di bulan November

Apa yang akan kau beri?
Di tahun kedelapan ini?
Aku menantinya
Hadiah darimu
Read More..

Berserah

Lagu ini bagus dan universal banget. Liriknya nyentuh banget dan jadi motivasi banget. Banget banget deh pokoknya, jempolan banget. Check this out!

****

Kapankah pelangi datang setelah redanya hujan
Begitupun gelap malam, takkan tetap, takkan diam
Akan pergi digantikan pagi

Ada tangis lalu ada tawa, ada manis di balik kecewa
Begitulah biasanya, habis luka datang suka
Terimalah dengan hati yang rela

Berserah pasrahkan semua (pasrahkan semua) pada Yang Kuasa
Beri yang terbaik sepenuh jiwa
Berserah bukan berarti menyerah tapi tak henti percaya
Bahwa kita (bahwa kita) memang pantas bahagia

Bahagia pasti bersama kita
Bila jalani hidup dengan cinta
Memberi dengan rela, terima dengan suka
Setia sabar dan percaya

Berserah pasrahkan semua pada Yang Kuasa
Beri yang terbaik sepenuh jiwa

Berserah pasrahkan semua pada Yang Kuasa
Beri yang terbaik sepenuh jiwa
Berserah bukan berarti menyerah tapi tak henti percaya
Bahwa kita (bahwa kita) memang pantas bahagia

Kapankah pelangi datang setelah redanya hujan

****

- Berserah by Gamaliel - Audrey -
Read More..

Aku Ingin Hidup

Pagi ini sahabatku menuliskan ini untukku,
"Jangan menunggu Rian. Lihatlah yang ada di depanmu. Entah itu siapa dan apa. Kenangan itu memiliki kekuatan. Dan kenangan hanyalah kenangan. Jika kamu tetap menunggu, kamu tidak akan pernah bisa mencintai seseorang dengan sepenuh hati. Dan jika itu terjadi. Maka kamu akan kesepian, meskipun ada seseorang di sampingmu yang memelukmu hangat."

Tetapi saran itu sudah tidak berlaku lagi buatku (tentu untuk sahabatku , juga, aku yakin). Aku sudah terlanjur kesepian. Aku sudah terlalu lama merasakan sepinya hidup ini meski aku berada di tengah keramaian kota. Dan sekarang bahkan kesepian itu tak terasa lagi, hatiku sudah cukup mati untuk ukuran sebuah "kesepian". Pernah kukatakan bahwa aku merasa seperti zombi, ragaku ada tapi jiwaku entah kemana.

Aku sudah dan sedang berusaha untuk move on dari kesepian ini. Tetapi sampai sekarang hasilnya masih nol. Mungkin diantara kalian ada yang sudah mengetahui bahwa saat ini aku punya seorang kekasih. Ya, aku menyukainya. Tapi hatiku masih terlalu berat untuk menyayanginya. Hatiku menolak untuk berusaha menyayanginya. Pikiranku lebih menyayangiku melebihi gerak tubuhku sendiri. Pikiranku melindungiku agar tak jatuh kembali dan merasakan sakit yang sama kembali.

Sahabatku mengatakan bahwa aku memutuskan menjalani hubungan ini hanya untuk pelarian. Yah, mungkin benar. Mungkin benar ini adalah pelarianku atas lumpuhnya sebuah harapan dan asaku. Kupikir meskipun ini hanya sebuah pelarian, pelarian ini bisa sedikit mengobati mati rasaku, tapi ternyata tidak. Tidak sama sekali. Tidak berefek apapun. Aku tak merasakan apapun.

Bahkan teman-teman yang kucoba untuk mempercayai mereka, telah mengingkari, menikamku dari belakang, membodohiku, dan memperburuk keadaanku. Memperburuk keadaanku untuk mempercayai orang-orang disekitarku. Yah, mati rasaku bertambah dengan krisis kepercayaan pada orang-orang disekitarku.

Aku tak peduli lagi.  Aku tak peduli lagi apa yang kurasakan. Aku ingin hidup. Aku hanya ingin hidup. Tapi bukan hidup seperti ini yang kuinginkan. Sampai kapan aku harus menunggu? Menunggu untuk menemukan satu hal  yang bisa melepasku hidup seperti ini.
Read More..

Kosong

:: This song description for "I am" now  ::

Sejauh mata hati menerawang
Sejauh mata memandang
Menembus cakrawala
Membawa anganku terbang
Melayang...

Kutatap seraut wajah tercermin
Tak kudapati bayangku
Terhapus ruang waktu
Terhapus masa lalu
Terhapus lembaran kisahku

Beribu bintang yang berkerlip riang
Tak satu pun tersenyum padaku
Kosong terasa di dalam relung hati
Dan jiwaku terasa...
Kosong

by Astrid - Kosong 
Read More..

Kesempatan Kedua

Kemarin di suatu sore, aku bertemu dengan seorang kawan lama. Dia sahabatku. Tempatku berkeluh kesah. Tempatku tertawa, menangis, bercanda, bertukar pikiran, beradu logika, dan (kadang) bertengkar. Egois satu sama lain, itu manusiawi. Lama sekali aku tak jumpa dengan gadis ini. Rasanya seperti bertemu sahabat lama yang sudah bertahun-tahun tak jumpa. Padahal baru beberapa bulan kebelakang aku (hampir) tak melihatnya. Yah, "kesibukan" kami yang sekarang bukan notabene anak kulihan lagi. 

Dulu kami memang satu tim untuk sebuah "artikel pendek" yang selalu dikerjar dateline. Juga satu tim dalam urusan organisasi kampus. Sekarang, dia yang mengurung diri di kamarnya dan ber-ilustrasi dengan segala imajinasi dalam setiap khayalannya. Dan aku yang menghabiskan waktu untuk menjadi seorang konsultan di bidang telekomunikasi. Oke, ini hidup kami sekarang. Dia mengirimkan tulisan-tulisannya ke penerbit, dan aku cukup "bahagia" mem-posting tulisanku di blog pribadiku. Seperti yang sedang kau baca sekarang.

Aku bertemu dengannya di warung makan langganan kami ketika kuliah. Warung Tini. Penyetan "mewah" dengan harga mahasiswa. Sebenarnya aku menyuruhnya datang untuk menemaniku makan. Oke, kini kami berbeda profesi, tetapi masalah cinta kami tetap sama. Terpaku pada satu orang yang tak jelas seperti apa kabar dan keadaannya.

Kami sudah berusaha melupakan mereka. Berusaha sangat keras melupakan mereka. Dan kami melupakan suatu hal yang sudah sangat jelas kami ketahui, "jangan berusaha untuk melupakan "suatu hal", karna kau tak akan pernah bisa melupakannya setiap kau mencoba melupakannya". Itu paten. Dan itulah otak manusia.

Kami hanya membayangkan dan mencoba bertanya pada diri kami sendiri atau bertanya satu sama lain, "jika seandainya suatu saat 'mereka' datang kembali, apa yang akan kamu lakukan?". Jawabannya satu, "menerimanya kembali". Lantas, pertanyaannya adalah, "'mereka' datang kembali dengan status 'mereka' yang masih single atau sudah punya pasangan hidup?" Cukup berat bukan? Kami hanya bisa tertawa di atas rasa "kasian" terhadap diri kami sendiri.

Mungkin saat ini kami sudah mempunyai "pasangan" masing-masing. Kami sedang (mencoba) menjalani hidup kami yang baru. Hidup bersama dengan orang yang (mungkin) kami sukai. Entah dengan hati yang (cukup) lapang untuk menjalaninya atau hanya setengah hati kami. Pikiran kami masih sama seperti dua tahun lalu. Bagaimana jika "mereka" datang kembali disaat kami (sedang) menjalani hidup kami yang baru?
Masalah bukan ketika "aku" menghancurkan sebuah persahabatan demi seorang "aku" yang "mereka" suka, tetapi masalah adalah ketika (kelak) orang yang "aku" cintai datang kembali dikehidupanku ketika "aku" memiliki kehidupan baru yang "hampir" kujalani dengan sepenuh hati.

Kenapa kami mengatakan ini?

Karna (mungkin) kesalahan ada pada kami. Kami yang menyulut api dari hubungan ini. Kami mengejar ketika mereka bahagia dengan hidup mereka dan kami pergi ketika mereka mengejar untuk mendapatkan hidup kami setelah "membuang" hidup bahagia mereka. Dan inilah sebuah penyesalan. Ketika mereka harus pergi dan kami berusaha mencarinya, demi mendapat sebuah "kesempatan kedua".

Pernah, kami sepakat untuk move on. Move on dari cerita tentang "mereka". Tetapi itu gagal. Mimpi dan kejadian-kejadian ganjil selalu datang pada kami. Memberikan insyarat atau mungkin (hanya) sekedar bunga tidur yang kami tanggapi terlalu serius. Tapi kami, adalah dua orang dari segelitir orang yang percaya pada Tuhan, mimpi, dan kejadian-kejadian yang (mungkin) "sengaja" dibuat oleh Tuhan untuk memberikan isyarat pada kami. Karna satu yang kami percaya, kebetulan itu tidak ada. Semua atas kehendak Tuhan.

Kesimpulannya, sampai kapan kami bisa bertahan menjalani hidup seperti ini? Berjuang menghapus mati rasa ini, berjuang untuk rasa bersalah di masa lalu, berjuang demi harapan mendapat sebuah kesempatan kedua, atau berjuang untuk mendapatkan masa depan terbaik bagi kami. Ini bukan hal yang mudah kami jalani. Dan kami berusaha menjadi "kuat" untuk diri kami sendiri.

- dedicated to Rian and Idam -
Read More..

I Just Wanna Love MySelf

Ini curhatanku. Ingat, hanya curhatanku. Jika kalian menbaca ini, segera lupakan. Karna ini (sekali lagi) hanya curhatanku. Dan tidak ada hubungannya dengan hidup kalian *bussyyeettt dah (LOL)

Yang tahu cerita hidupku dari SMA sampai sekarang pasti tahu siapa orang yang (sempat) sangat aku sayang selama ini, (mungkin) sampai sekarang. Rian. Yah, orang itu benar-benar nggak bisa hilang dari pikiranku, sampai sekarang.

Beberapa minggu lalu, aku sempat memimpikannya. Dalam mimpiku, dia menelponku, bicara panjang lebar dengan segala gaya slengekan'nya. Intinya dia menyuruhku untuk berhenti memikirkannya dan mencari yang lain. Sehari kemudian, orang yang sangat diharapkan oleh orang tuaku untuk menjadi pendamping hidupku juga mengatakan hal yang sama, "cari yang lain". Oh Tuhan, what's happened?? or what's happening?? What's Your plan? Yeah, itu yang kutanyakan saat itu, tentu. Menangis? Iya. Just a little (maybe).

Okay, masih ingat kapan terakhir kali Rian menghubungiku? 2 November 2006. "Sayang, nanti pas ultahmu kita pergi bareng ya. Kamu mau kado apa?" Pasti bisa ditebak kan apa jawabanku? "Cukup kamu datang ke tempatku, aku udah senang. Cukup ada kamu."

After it? Aku hanya menunggu, menunggu datangnya keajaiban bahwa benar-benar akan datang seorang yang (sangat) kutunggu. Akhirnya, usia 17-ku dirayakan oleh sahabat-sahabat baikku. Aku menunggu dan itu sudah cukup. Berusaha untuk melupakannya dan aku yakin bisa.

3 tahun yang lalu, (mungkin) adalah hal terberat yang pernah kualami. Biasalah ya mahasiswa alay yang diputusin sama cowoknya. Hahaha... Setelah itu benar mati rasa. Tak bisa percaya pada satupun orang di dunia ini. Sebenarnya ada alasan lain yang tak bisa diceritakan disini tentang mengapa aku mati rasa dan tak bisa percaya pada seorangpun. Dan cerita ini sangat merubah cara pandangku pada setiap orang.

Sebelum tulisan ini, udah kuceritakan bukan bahwa aku juga sempat suka pada beberapa orang tapi tak ada hasil *kasian banget gw*. Now, ada lagi seorang yang aku suka. Aku suka dia di pandangan pertama *kenapa sih pandangan pertama begitu menggoda*. Dan aku nggak bisa deskripsiin kenapa aku bisa suka sama dia. Jadi, plis, jangan tanya alasannya, jangan tanya mengapa, karna aku tak tahu jawabnya.

Well, dia udah punya pacar. Biasa lah ya, ikut nimbrung di ibu-ibu arisan gosip sana sini, mmm... salah, lebih tepatnya nguping. Yeah, just nguping. Well done. Aku nyerah seketika pas denger dia dah punya pacar. Sori, gw bukan perusak rumah tangga orang. Oke, lupa sejenak tentang dia. Tapi suliiiitttt,,, tiap hari guweh ngeliat dia gitu loohh. Mana bisa lupa, dan semakin lama, aku semakin menyukainya *shy. Tuhan please,,, tutup mataku rapat-rapat pada orang yang sudah punya pendamping *batinku*.

Finally, I still like him *gileee lu dro!*

Suatu malam setelah long break, aku ketemu dia, secara nggak sengaja. Dia minta nomer hp'ku dan dengan sigap (tentu) aku kasih lah ya,, please deh, kesempatan itu cuma datang sekali *sori bro, guweh belajar dari pengalaman*. Okay, aku denger sana sini tentang dia, baik buruknya dia, dan yang paling tak kusangka, seorang temanku "menawarkan" dia padaku. "Sama ini, mau nggak?" Speechless, itu pasti *mauuu beuuudd >> batinku*.

Pertanyaannya, "kenapa sahabatnya 'menawarkan' dia padaku? Sedangkan dia sangat tahu sekali bahwa temannya sudah punya pacar."

Akhirnya kita deket dan semakin deket. Oke, abaikan soal kedekatan ini, karna sekarang kita sangat dekat. Dan nggak perlu dibahas lagi.

Now, kita bicara tentang "aku". Tentang aku yang (sampai saat ini - masih) mati rasa dan sedikit sekali kepercayaan yang bisa kuberikan pada seseorang. Saat ini, aku sedang mencoba percaya di atas ketidakpercayaanku padanya. Abaikan omongan orang lain, yang penting aku nyaman dengannya, apapun kata orang lain, mereka bukan "aku" yang menjalaninya secara langsung. Aku hanya mengikuti kata hatiku. Tentu saran dan "kebaikan" orang lain sangat aku terima, tapi bukan berarti aku harus melakukannya, bukan? I drive my action. That's me.

Aku mencoba percaya, aku berusaha percaya padanya, aku belajar percaya padanya. Aku yakin, ini nggak akan sia-sia. Setidaknya jika aku gagal, itu adalah satu pelajaran lagi buatku.

Tentang mati rasa yang kualami, saat ini masih. Setengah hati pada hubungan ini? I don't want it. Aku sadar, aku sayang dia, sekarang sangat menyeyanginya. Dan inilah lack'ku. Aku masih "takut" untuk "sakit" kembali. Aku "takut" untuk "percaya". Trauma? I don't know. Takut ditinggalkan? Maybe. Aku hanya me-maintenance diriku sendiri agar nanti jika dia "pergi" entah dengan alasan apapun, aku tak terlalu (red. perlu) merasa "sakit".

Egois kah? Tak dewasa kah? I just wanna love my self.

Lalu, apa hubungannya aku menceritakan tentang hari dimana Rian terakhir menghubungiku? Aku takut itu akan terjadi lagi, dan sepertinya akan benar-benar terjadi di usia 24-ku. Jujur, aku tak ingin merasakan perasaan yang sama seperti itu lagi.

Masih ingat kan? Ini hanya curhatanku. Setelah ini, lupakanlah. Dan aku berjanji untuk tetap tersenyum, untuk kalian yang selalu menyemangatiku dan untuk dia yang (saat ini) sangat aku sayang. Love you all, guys. And do love you beib.
Read More..

Just Shut Up, Boy!

Cerita ini cukup rumit, dan aku sangat berterimakasih sekali kepada masa laluku yang tak kalah rumit dari masalah ini. Sehingga kini aku menjalaninya dengan sangat santai. Meski rasanya hatiku bergejolak hebat dan emosiku memuncak. *sebelah mananya yang santaiii*

Aku pernah bilang bahwa aku sangat benci pada orang yang sok tahu tetang siapa aku, bagaimana aku, men-judge ini itu, sedangkan dia hanya melihat cover-nya saja.

Aku juga pernah bilang, bahwa aku tak mengerti benar seperti apa diriku. Yang aku tahu adalah mereka membicarakan sesuatu yang tidak kulakukan. Itulah yang kumaksud dengan salah menilaiku.

Kepercayaanku pada manusia benar-benar pudar setelah kejadian 3 tahun lalu. Kalaupun aku mempercayai manusia, itu adalah pemberian dari Tuhanku. Kau percaya pada mimpi? Aku percaya, tapi mimpi yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.  Percaya pada kebetulan? Tidak, tidak ada kebetulan di dunia ini.

Sepertinya aku mengerti mengapa Tuhan memberiku mati rasa yang teramat sangat. Agar aku tak terlalu sakit menjalani kehidupan yang nampak kejam ini. Agar aku bisa selalu menggunakan logikaku, dan tak selalu terbawa pada perasaan dan emosiku yang mudah tersulut.

Api mulai membesar. Aku ikut andil dalam menyiram bensin kedalamnya. Sekarang semuanya sudah berkobar. Luluh lantah menghujam pemikiran-pemikiran yang begitu kerdil. Pemikiran yang tak sedewasa usia yang kian berkurang.

Ini hidupku, aku yang menjalaninya, aku tak peduli pada masa lalu karna tiap orang punya masa lalu. Aku akan lebih memilih mantan preman daripada mantan ustad. Aku akan lebih mempercayai kata hatiku daripada aku harus mendengar omongan dari luar. Itu prinsipku.


I drive my way, bukan kamu, dia, ataupun mereka. Ini pilihanku. Dan berhentilah membual sesuatu yang yang tak jelas ujungnya. Just shut up boy! You're nothing,, 
Read More..

Keep Smile

Semalem (sepagi kali yeee) ngegalau nggak jelas. Pulang kerja, cuci muka cuci kaki, baringan di kasur sambil nonton sailormoon ma digimon. Iseng baca-baca gudang blogku. Old post, old post, old post. Sampe nemuin tulisan yang menyatakan bahwa aku mw nunggu tu orang sampe usiaku 24 tahun. Kalo nggak salah inget, itu di post-kan tanggal 8 Agustus 2011. Berarti bentar lagi yaahh.  Yah sudahlah *nyanyi lagunya Bondan*, it's over. Mending diakhiri aja deh. Toh udah 2 tahun nggak dapet apa2.

Oke, mantap sudah akhiri saja penantian panjang ini. 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, sekarang udah 2013. Kurang puas? Makan aja tuh tahun. Nggak usah deh jadi orang yang sok setia nungguin orang yang nggak tahu jluntrungannya. Cut cut cut! Cut from my life. Banyak banget cowok diluar sana. Nggak usah takut nggak kebagian. Jodoh emang harus dicari dan nggak mungkin Tuhan salah ngasih jodoh buat kita.

Jomblo 3 tahun nggak masalah, yang penting dapet jodoh yang tepat dan akurat. So, nggak usah ngegalau hal-hal yang nggak penting, kalo jodoh pasti ketemu. Hidup sudah semestinya untuk dinikmatin. Inget vads's quotes tanggal 30 kemaren? Enjoy with your own life. Inget baik-baik. Nggak perlu dipaksain cari cowok sana-sini. Ntar juga ketemu, yang penting ada usaha tapi nggak usah terlalu ngoyo. (oh shit,, omongan siapa nih?)

Ni tulisan kayaknya nonjok gw banget. Udahan ah, kata caesar-nya YKS, keep smile!!! *joged ala caesar* 
Read More..

Western Sky

The sun sets to the west sky and you,
who have become sadness now
I call you out once more
because I feel like I won’t be able to again

Even if I cry out,
your name always breaks in the air and comes back
Now you leave me behind,
and I don’t have the strength to bear anymore

The day you left the loving me,
the day even the sky cried because of sadness
As if you knew that I would leave in the rain

On rainy days, I always long for you
Waiting for the day I will meet you again
Why does the raining sky make me so sad?
When I want to forget you with my shedding tears

I want to go, I want to see you, I really wanted to find you
But you are still in the same place

On rainy days, I always long for you
Waiting for the day I will meet you again
Why does the raining sky make me so sad?
When I want to forget you with my shedding tears

But I love you


-- song by Ulala Session --
Read More..

A Half of May '13

Rian...
Still remain bout him?
I'm sure ya!

How can I forget him? I guess there is no excellent way to forget him. Bahkan setiap menit dan detik yang berlalu aku masih mengingatnya. Meski terkadang ketika aku sedang menyukai orang lain.

Beberapa hari yang lalu sempat tiba-tiba aku merasa kangen banget sama Rian. Entahlah. Aku juga tak tahu apa sebabnya. That's just my felt. Itu terjadi ketika aku melihat sebuah video di salah satu tumpukan file-file yang sudah membusuk (kurasa) di hardisk-ku.

What's happened?
Sebuah pertanda?
Sebuah pertanda bahwa psikopat itu akan datang lagi padaku? Haiisshh,, dan akhirnya psikopat itu datang lagi dan mulai mengarang indah lagi. Kurasa psikopat itu menderita amnesia tingkat dewa dan benar-benar sudah sakit. Sakit jiwa!

Mungkin aku memang pernah menceritakan semuanya tentang Rian ke makhluk busuk itu. Tapi dia tidak akan bisa membuatku percaya lagi bahwa dia mengenal sosok Rian. Seperti apa Rian, hanya aku yang tahu.  Kau tidak akan bisa membohongiku lagi. Apalagi mengarang cerita sedih tentang Rian. Yang ini lah, itulah, I don't care. Aku tidak akan percaya kalau bukan kedua mataku sendiri yang melihatnya.

Aku janji, aku akan menggunakan logikaku untuk melawan kau dasar kutu busuk. Kau tidak akan bisa lagi mengarang cerita tentang hidup Rian. Meski sudah 8 tahun berlalu, aku masih mengingat jelas karakter Rian bagaimana, caranya berbicara, dan cara dia memanggilku serta menulis namaku. Aku yang tahu Rian seperti apa. Bukan kau atau orang lain.

Kutu busuk sepertimu mungkin lebih baik enyah dari dunia ini.    
Read More..

You're Nothing!

Kemarin di tulisanku yang terakhir di blog ini, kubilang bahwa itu adalah tulisanku terakhir tentang dia. Ya! itu adalah ceritaku terakhir tentang dia. Tapi ada bebarapa hal yang ingin kuralat dari ketiga tulisanku.

Mungkin kemarin aku memang menyesal tidak menerimanya, tapi sekarang aku bahkan tidak menyesal sama sekali atas pilihanku dan aku bersyukur atas itu. Sangat bersyukur.

Kau tahu kan kenapa aku menolak? Karna aku tidak suka sifatmu. Dan kenapa aku menyesal? Karna aku sudah berkata kasar padamu. Sekarang, bahkan aku sama sekali tak ada rasa bersalah sedikitpun padamu, semua rasa bersalah yang pernah kurasakan, hilang seketika karna perbuatanmu. Dan aku merasa, semua yang kukatakan kepadamu itu benar dan kau pantas menerimanya

Lidah manusia itu seperti pisau, sungguh tajam. Tajamnya bisa menyakiti diri sendiri *seperti perkataanku yang pernah menyakiti diriku sendiri* atau bahkan menyakiti orang lain.

"aku ingin sendiri,"
"aku ingin menepi,"
"aku tak ingin pacaran,"
"bahkan aku tak ingin memikirkannya,"
"aku ingin bahagia dengan hidupku sendiri,"

itu adalah kalimat-kalimat yang disampaikan olehnya kita aku menyesali tajamnya lidahku. Tak sampai dua minggu kalimat itu terucap dari lidahnya, seorang kawan mengatakan padaku, "mereka sudah jadian lho,"

Bukan sakit hati yang kurasakan, tapi ilfil dan benci. Kenapa? Satu sifat yang benar tak kusuka dari manusia adalah munafik. Munafik itu adalah sifat dimana orang (akan) menjilat ludah sendiri, oppss salah, menelan lidah sendiri tanpa rasa malu. Munafik adalah salah satu sifat seorang pecundang. Punya bakat untuk mempunyai dua kepribadian dan menjadi seorang psiko *ini teoriku*. Jika anda tidak setuju? silahkan.

Sekarang, rasa bersalahku atas segala perkataanku padamu lenyap sudah. Penyesalanku sudah tak bersisa. Penilaianku yang awalnya "baik" padamu ketika pertama kita bertemu, berbalik 180 derajat. Tak ada rasa "segan" lagi aku padamu, di mataku kamu adalah pecundang, pecundang yang berlidah "manis", tapi tak tahu malu. You're nothing.

Silahkan nikmati hidupmu dan segala yang kau "punya". Bye!
Read More..

Aku Rindu, Tatapan Itu (End Story)

Hei kau, sebuah tatapan yang kurindukan, sekarang aku ingin kau membaca semua ini. Mungkin hanya lewat tulisan aku bisa menceritakan semua padamu. Aku tahu kau tidak suka membaca tulisan-tulisanku yang begitu panjang. Tapi ini adalah beberapa cerita yang tidak ingin kusimpan sendiri di hatiku. Aku ingin berbagi denganmu, tapi bahkan kau tak bisa kutemui secara langsung.

Lagu yang (sempat) kau katakan padaku itu, sampai sekarang masih kuingat kau ketika lagu itu diputar. Ketika kau duduk di belakangku tanpa mengatakan apapun, ditengah keramaian kelas ketika break, aku tahu, kau menyanyikan itu untukku.

Masih ingat dimana pertama kali kita makan bareng? Terminal Condong Catur. Bukan tempat yang cukup buruk karna aku menyukai tempat itu dimalam hari. After all, banyak sekali pilihan makan disana. Kau menceritakan tentang mengapa ruas jari kita terpisah. Kau mengatakan bahwa itu diciptakan karna ruas jari-jari itu berpasangan dan suatu saat ruas jari itu akan menemukan pasangan untuk saling menggenggam. Yah, aku setuju dengan pendapatmu. Dan saat itu aku berpikir bahwa ruas-ruas jari yang ada digenggamanku saat itu, ingin kumiliki. Dan ingin kugenggam erat.

Duduk bersama, bercerita di depan kost itu menyenangkan. Kau bercerita banyak hal tentang dirimu dan aku mendengarkan. Kau bilang, "jika ada seseorang yang menyayangiku, maka aku akan lebih menyayanginya". Dan ujung cerita kau mengatakan, "aku nggak tahu suatu saat nanti kau akan jadi jodohku atau tidak, tapi aku ingin menjalaninya dan biarkan semuanya mengalir seperti air". Setelah kau mengatakannya, aku ingin sekali mengatakan bahwa aku menyukaimu, tapi tiba-tiba kau mengatakan bahwa kau tidak bisa menyukai orang baru.

Ini adalah pertama kalinya aku merasa aku tak dianggap. Oke, aku bukan siapa-siapa, mungkin aku saja yang terlalu Ge-eR saat itu, aku merasa kau adalah "teman dekat"ku. Tapi saat itu kau lebih memilih berkumpul dengan teman-temanmu, bukan memilih untuk menemuiku, meski hanya sebentar. Tapi setelah itu kau menunjukkan suatu hal, dimana aku merasa bahwa kau membutuhkanku dan kau menganggapku ada. Aku nyaman dengan itu.

Panggilan sayang? Aku tahu, dua orang yang saling memanggil sayang belum tentu memiliki hubungan spesial. Ini 2013, generasi metropolitan yang bahkan sesama jenis pun saling memanggil sayang. Contoh, gue dan sahabat gue *ah, lupakan*.

Dan aku menyukai panggilan sayang itu. Hingga pada akhirnya, aku terbiasa dengan panggilan itu dan merasa bahwa memanggil nama, terlalu kasar untukku *entah bagaimana denganmu*. Kau sempat pula meminta untuk membuat panggilan sayang yang lucu. Hanya untuk kami berdua. Tapi aku menolak. Kau tahu kenapa aku menolak? Aku dulu pernah membuat panggilan sayang dengan mantanku. Sampai sekarang aku tak bisa memanggil namanya, karna menurutku itu terlalu kasar dan aneh.

Dulu, temanku sering mengatakan, untuk melupakan mantanku aku harus membiasakan diri memanggil dia dengan namanya, bukan panggilan sayang kami. Tapi gagal, sampai sekarang, sampai aku hanya mengganggap orang itu sebagai kakakku, aku tak bisa menghilangkan panggilan itu. Yang aku takutkan adalah, ketika kita seperti sekarang ini aku tak bisa melupakan itu dan mengembalikan kebiasaan memanggil nama. Kau tahu, sekarang aku berusaha keras untuk tidak memanggilmu, karna aku tak ingin memanggil namamu.

Ketika kau katakan bahwa kau mulai menyayangiku, ingin sekali kujawab dengan "ya", "sama", tapi sama sekali tak bisa keluar dari mulutku dan yang keluar hanyalah air mataku. Tapi entah apa yang kutangisi. Semua yang membuatku ragu padamu, kau sudah tahu, dan itu yang membuatmu menjauh dariku, yang membuatmu "pergi" dariku.

Ketika kubilang aku mati rasa, itu benar, aku tak berbohong. Hatiku benar-benar mati. Hatiku membeku. Aku tak merasakan apapun. Dan ketika itu terjadi, aku butuh sesuatu untuk mencairkannya kembali. Aku butuh seseorang untuk menemaniku.

Ketika aku bercerita tentang rahasiaku, aku butuh waktu ribuan kali untuk memikirkannya. Butuh banyak keberanian untuk mengatakan pada seseorang. Bahkan memikirkan untuk bercerita saja air mataku sudah menetes. Dan ketika itu, kau pertanyakan kepercayaanku padamu? Aku kecewa. Apakah aku harus bilang bahwa aku percaya padamu, baru kau akan merasa bahwa kau dipercayai? Apa kau tidak mengerti, dengan aku menceritakan rahasiaku saja, itu artinya aku benar-benar mempercayaimu.

Aku mempercayaimu untuk menjagaku, untuk jadi pelindungku, untuk tetap disisiku ketika aku terjatuh,
Itulah sebabnya, kenapa kubilang aku tak mempercayaimu dan aku tak mempercayai satupun manusia di dunia ini. Kau pikir aku tak merasakan sakit ketika mengatakan itu padamu? Hatiku sakit begitu memikirkan kau bukan orang yang bisa kupercaya dan untuk apa aku menceritakan suatu hal pada orang yang tak kupercaya. Memangnya aku ABG? Yang semua kondisiku ingin diketahui oleh orang lain, siapapun itu.

Sebenarnya, aku masih bingung kenapa kau tiba-tiba pergi. Apakah karna kubilang aku kecewa padamu? Apakah karna kau sakit hati dengan semua perkataanku? Atau karna aku tak mau melakukan sesuatu yang kau inginkan? Atau karna aku tak bisa membuatmu bahagia? Tak bisa membuatmu nyaman?

Dan yang sampai saat ini aku heran, kenapa wanita itu tidak pernah keliatan ketika kita bareng? Dan kenapa dia harus datang ketika kita ada masalah? Tak bisakah kita selesaikan berdua? Tak bisakah kita bicarakan baik-baik, tanpa harus aku melihat ada wanita disampingmu setelah kau bilang ingin sendiri.

Yah, aku memang kasar. Aku memang tak tahu diri. Aku bilang sayang padamu, dan aku juga bilang aku menyayangi orang lain juga. Kau tahu, setelah ku katakan tidak padamu, aku juga melakukan hal yang sama pada orang itu. Aku ingin berdiri sendiri. Tapi tak kusangka setelah itu kulihat wanita lain disampingmu.

Tapi yang sudahlah, mungkin memang harus begitu ceritanya. Dan ini adalah tulisan terakhir tentangmu. Setelah ini, tak akan ada lagi tulisan-tulisan lain tentangmu, dipikiranku, dihatiku, atau pun di blogku yang penuh dengan sampah-sampah di pikiranku.

Aku tak ingin melupakanmu, aku hanya akan membuang rasa ini. Rasa yang kau beri, rasa yang kutolak, dan rasa yang ingin kau tinggalkan. Agar kita bisa berteman lagi, berteman dengan sewajarnya, seperti yang aku dan kau mau. 
Read More..

Aku Rindu, Tatapan Itu (Part 2)

Rasa ini benar-benar tak menyenangkan. Sepertinya berat badanku turun drastis, sudah seminggu nafsu makanku berkurang, mm.. bukan, lebih tepatnya tak ada. Aku bahkan tak tahu aku lapar atau tidak, yang jelas aku tak ingin makan. Kalau bukan karna aku masih sayang perutku dan aku tak ingin lagi melihat kamar VIP di bangunan kokoh berwarna putih itu, mungkin aku tak akan makan seharian penuh.

My spirit not back yet. Sudah berulang kali kutata kembali mindset-ku. Tapi semangatku benar-benar tak mau kembali. Kucoba untuk bersenang-senang seperti yang biasa ku lakukan ketika aku bosan dan jenuh, tapi sama sekali tak mempan. What should I do, God? Aku benar-benar merasa seperti zombi di tengah padatnya hiruk pikuk  globalisasi. Jiwaku serasa hilang dan tak kunjung kembali.

Is everything okay, God? Is this my way? Really? Are You sure? Aku terlanjur mengepakkan sayapku and I'm so happy. Then, why You fall me down like a snow white? Slowly and I really fall down again. Inikah caramu untuk membuatku lebih kuat lagi? Itu yang 2 tahun lalu bener-bener belum cukup? Forgive me please, God.

Sekarang siapa lagi yang mau Kau kenalkan, God? Aku harus ketemu siapa lagi? Aku harus mulai darimana lagi? Should I start from begining? New story? Again? Sampai kapan? Apa menurutmu aku belum cukup siap untuk menjalani hidupku yang benar-benar "hidup"?

Kalau gitu nggak usah dikenalkan, God, jangan kenalkan aku orang yang bukan jodohku. Caramu melatih kesabaran dan keikhlasanku bener-bener bikin aku nggak nafsu makan, God. Aku pengen makan banyak, aku pengen makan enak, aku pengen tidur nyenyak. Beneran, God.

Bukan makhluk-makhluk disekitarku yang kuinginkan buat jaga aku kalau di kamar sendiri, galau sendiri, mereka nggak bisa bikin nafsu makanku bertambah, God. Please,,,, aku laper, tapi bener-bener nggak bisa masuk makanannya, mau seenak apapun bener-bener nggak enak rasanya.

Bukan berarti karna aku seneng nonton film zombi, kemudian aku pengen jadi zombi, nggak gitu juga kali, God. Please,, beri aku semangat, sedikit aja dulu nggak pa2, kan nanti lama-lama jadi bukit. God, Kau kenalkan aku dengan dia selama 4 bulan, nggak mungkin kan Kau balikin semangatku dalam 4 bulan? Itu lama banget, itu nyiksa God.

God, aku pengen jadi mutiara, mutiara di dasar laut yang diperebutkan oleh semua orang dan hanya seorang saja yang akan memilikinya. Mungkinkah? Tapi,, ahhggg,, bahkan sekarang saja nggak ada yang ingin memilikiku.

God, a lot saver. Terima kasih karna Kau tak pernah pergi dariku. Terima kasih karna Kau masih sangat menyayangiku. Terima kasih atas semua yang Kau berikan. Terima kasih karna Kau memberiku orang tua yang sangat sayang padaku, yang selalu mengajariku untuk memberi, selalu mengajariku untuk bersyukur, selalu mengajariku untuk ikhlas, dan selalu mendukungku disaat aku terjatuh seperti ini.

Percayaku hanya milik-Mu, begitupun dengan nyamanku, hanya Kau yang bisa membuatku percaya pada manusia, hanya Kau yang bisa membuatku nyaman pada manusia. Forgive me, God, aku selalu mengeluh padamu. Aku selalu meminta padamu. Karna hanya Kau satu-satunya yang bisa kumintai pertolongan, hanya Kau satu-satunya yang bisa memberiku jalan di dunia ini.

God, terima kasih telah memberiku tatapan itu, meski sebentar, tak akan pernah kulupakan. Karna tatapan itu, aku sangat menyukainya. Aku benar-benar menyukainya. Tapi ini jawaban-Mu, ini adalah jalan yang Kau pilihkan untukku, aku tahu, Kau ingin membuatku lebih kuat lagi. A lot saver, God. You're my everything, always.
Read More..

Aku Rindu, Tatapan Itu

Ini bukan apa-apa. Aku ingin menuliskan kembali kisah cintaku. 2 tahun lalu adalah terakhir kali aku jatuh cinta sebelum 2 kisah cintaku berikut. Awal Oktober tahun lalu (red. 2012), aku menyukai seseorang yang benar-benar baru ku kenal. Aku menyukainya dipandangan pertama. Aku nyaman dipertemuan kami pertama kali. Hingga pada akhirnya dia mengatakan bahwa dia tidak bisa jatuh cinta pada orang yang baru dikenalnya. Kami saling mengenal selama sebulan dan sebulan pula waktuku untuk melupakannya. Cukup singkat.

Akhir November, aku mengikuti training sebuah provider terkemuka yang saat ini menjadi lahan pemasukanku. Seminggu masa training, kulihat seorang yang berbeda di kaca mataku. Tentu dia adalah seorang lelaki. Hanya sekejab aku melihat tatapan matanya, mirip seseorang yang dulu pernah kusayang. Yah, ketika itu sebelum aku sadar akan tatapan itu, aku hanya menerka-nerka, dan aku berkata pada diriku, "tatapan itu, aku rindu".

Dalam hitungan hari, akhirnya aku berkenalan dengan tatapan itu. Itu pertama kali aku berbicara langsung dengan tatapan itu, di sebuah lapangan futsal yang menghijau. Saat itu semuanya baik-baik saja.

Hari demi hari, mungkin karna air mengalir dengan cepat, tatapan itu semakin mendekat ke arahku. Hari itu, sore yang cukup redup karna mentari (mungkin) sedikit malu untuk memperlihatkan sosoknya. Tatapan itu duduk di sampingku, di bangku yang cukup lebar untuk duduk bersanding. Banyak cerita darinya, dan aku mendengar dengan antusias tentang cerita hidupnya. Cerita sedih di hidupnya. Hingga pada akhirnya, lidahpun berkata "aku nggak bisa langsung suka dengan orang yang baru kukenal". Hatiku berdegup kencang ketika mendengar kalimatnya, mengingat seorang pernah mengatakan itu padaku sebelumnya dan akhirnya dia pergi menghilang meninggalkanku. Entah apa yang kurasa, ingin menangis, tapi tak cukup air mata yang bisa diperas. Mungkinkah aku mulai menyukai tatapan itu?

Sadar bahwa aku mulai menyukai tatapan itu, hatiku bergegas mundur, seakan merasakan trauma, meski itu bukan trauma. Aku hanya berpikir, aku akan ditinggalkan kembali ketika aku mulai menyayangi seseorang. Meskipun tatapan itu (sempat) mengatakan bahwa ia tak akan pergi meninggalkanku. Saat itulah, aku mulai membangun kepercayaanku di atas hatinya.

Entah mengapa hatiku sering membeku bagai es sejak 2 tahun lalu. Puluhan mata memandang dan puluhan hati mendekat, tak ada yang membuat hatiku tergetar. Itu juga sering kualami di sela ceritaku bersama tatapan itu.

Semakin lama waktu berlalu, tatapan itu menjadi lebih dekat, dekat, dan lebih dekat lagi padaku. Aku merasakan nyaman di hatiku. Tapi aku tetap menyangkal bahwa itu tidak benar, lebih baik aku pergi daripada ditinggalkan. Rasa itu sungguh membuatku tak nyaman.

Beribu hal membuatku berpikir keras. Cara pikir kita berbeda, cara pandang kita berbeda, cara menghadapi masalah juga berbeda, aku sadar kami sama-sama egois, tak ada yang mau mengalah, dan aku tahu benar bahwa tak ada orang yang benar-benar sempurna di dunia ini.

Aku munafik. Iya. Aku sungguh munafik. Semakin lama aku sadar bahwa aku menyukai dan aku menyayangi tatapan itu. Tapi pikiranku menyangkal. Sebenarnya yang "trauma" itu hatiku atau pikiranku? Mungkin "trauma" itu yang membuatku ragu dan tak yakin dengan tatapan itu. "Trauma" akan kalimat itu, "trauma" akan kepercayaan yang dinodai oleh kebanyakan orang disekitarku.

Sontak aku mulai posesif, aku mulai ingin diperhatikan, tentu oleh orang yang kusayang, ya, siapa lagi kalau bukan tatapan itu. Ini adalah awal dari mimpi buruk yang sudah kupikirkan sejak aku mendengar kalimat itu. Awalnya aku benar-benar bertekad bahwa aku tak boleh meminta, aku ingin memberi. Dan ketika aku benar-benar butuh untuk meminta, aku meminta untuk berada disisiku, benar-benar disisiku sekali saja. Tapi harapanku benar tak dianggap. Aku tahu keadaannya, aku tahu dia sedang tak sehat, dan aku tahu bahwa aku meminta di waktu yang salah. Tapi aku benar-benar ingin tatapan itu ada disampingku saat itu.

Sebenarnya, ini tidak kurencanakan. Tapi ketika itu, bukan tatapan itu yang datang padaku, orang yang benar-benar kuharapkan. Orang lain yang dulu pernah hidup di hatiku, datang menemaniku. Orang itu menghiburku di atas kebosananku yang teramat sangat. Well, orang itu sungguh sempurna di pikiranku, kami begitu dekat, tapi tak ada sedikitpun gejolak di hatiku saat bertemu dengannya. Yang kupikirkan saat itu tetap sebuah tatapan yang sangat kurindukan.

Sampai pada akhirnya, aku benar-benar marah. Sebenarnya bukan karena tatapan itu. Ada hal lain yang sedang membuatku benar-benar marah. Tatapan itu begitu baik bersedia menjadi pelampiasan kemarahanku. Dan aku begitu jahat menjadikan dia sebagai kambing hitam dalam kemarahanku. Kata-kataku yang kasar, kata-kataku yang selalu spontan ketika aku marah, kata-kataku yang selalu didominasi oleh logika ketika aku marah, kata-kataku yang tidak ingin kalah dengan ribuan kata-kata "malaikat" yang terucap dari tatapannya, (telah) membuatnya sakit hati dan terpukul. Aku tahu keadaannya, aku tahu posisinya yang sedang berada di tepi jurang dan menunggu uluran tangan sang malaikat, dan aku sama sekali tak ingin mengalah ketika itu, hingga akhirnya aku benar-benar mendorongnya ke dalam jurang yang curam itu.

Bisa kau bayangkan betapa jahatnya aku?

Itulah awal dari kesedihanku, awal dari penyesalanku, dan itulah awal dari rasa bersalahku pada tatapan itu, tatapan yang benar kusayang, tatapan yang benar membuatku nyaman, tatapan yang sangat kurindukan, dan aku menafikan semua kenyataan itu.

Aku ingin menebus rasa bersalahku. Apapun, dengan apapun itu. Aku ingin menariknya dari jurang itu. Aku ingin menghapus sakit hatinya oleh perkataanku. Apakah itu mungkin? Aku ingin membuatnya bahagia. Sungguh, aku ingin membuatnya bahagia.

Tapi itu terlambat, tatapan itu balik menolakku. Aku sakit oleh perkataanku sendiri, oleh pikiranku sendiri. Dan aku sangat sakit ketika melihat tatapan itu menatap sepasang mata lain, di depan mataku, sejengkal, setelah ia menolakku.

Sakit dan ini benar-benar sakit. Inikah hukuman-Mu? Atau inikah jawaban-Mu atas doa-doaku?

Tuhan, peluk aku, damaikan pikiranku, luaskan hatiku.
Read More..