Step Awal Pendewasaan

Ini tentang sebuah perjalanan dua orang perempuan yang berjuang untuk menjadi seorang wanita, wanita yang (mungkin) akan melangkahkan step pertama ke sebuah gerbang bernama kedewasaan.

Apa yang akan kau lakukan jika, dari hidup yang sama sekali tak pernah punya masalah besar dan rumit, tiba-tiba ada masalah datang, tak cukup satu, empat masalah datang bersamaan. Masalah dari sisi kuliah/ kerjaan, pacar/ teman dekat pria, teman sepermainan, dan orang tua.

Keempat masalah itu membaur menjadi satu. Layaknya sebuah sasaran tembak yang digempur dari empat arah sekaligus. Kalian tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana rasanya jika kalian menjadi kami, jika kalian belum mengalaminya sendiri. Mungkin kalian hanya akan mengatakan satu kata untuk kami, sabar. Yah, itu adalah kata klasik untuk menunjukkan empati seseorang pada orang yang sedang terkena musibah. Kami terima empati itu untuk satu orang pertama yang mengatakannya, selanjutnya kata itu hanya akan masuk ke telinga satu dan akan keluar dari sisi yang lain.

Cerita kami memang berbeda pelaku, tapi tak usah ditanya untuk beberapa cerita, cerita kami sama, apa yang telah kami alami intinya sama. Di sini tidak akan diceritakan secara detail apa yang telah kami alami, karna itu akan butuh ratusan bahkan ribuan page agar semua kejadian tertulis di sini. Yang jelas buat kami seburuk-buruknya keadaan adalah waktu itu, bermula tahun 2010, dan mencapai puncaknya di tahun 2011 sampai 2013, dan tahun 2014 ini adalah sisa-sisa harapan kami. Tahun itu adalah tahun-tahun terburuk yang pernah kami alami dan mungkin suatu saat nanti akan menjadi tahun terpenting buat kami, tahun terpenting karna telah berjasa mendewasakan kami.   

Berbeda cara kami menjalani kehidupan itu. Sahabatku tiba-tiba menghilang tanpa kabar, mmm.. sori, masih adalah kabar, tapi hanya sekedar kabar, "aku baik-baik saja" dan beberapa slentingan dari orang-orang di sekitarku tentang dia. Dan aku? Entah menurut orang lain aku menghilang atau tidak, tapi yang jelas, aku berusaha menjalaninya, sesulit apapun itu. Orang lain mungkin akan melihatku baik-baik saja, tapi itu adalah perjuanganku untuk membuat semuanya terlihat baik-baik saja.

Kalian tahu? Saat itu rasanya seperti tercekik dan terpenjara dalam satu keadaan, putus asa, penyesalan, sakit hati, semua beradu menjadi satu dalam satu waktu. Tak tahu harus melangkah kemana. Berusaha yakin bahwa Tuhan akan memberi jalan, tapi keadaan tak kunjung berubah. Hidup enggan matipun segan. Ingin bunuh diri tapi ingat dengan dosa yang sudah dilakukan, ingin teriak "lebih baik Kau bunuh aku Tuhan", tapi takut mati. Bersyukur kami masih punya iman. Hal terbaik saat itu adalah kami masih bisa makan.

Saat itu aku benar-benar berpikir bahwa aku ingin kembali ke masa kanak-kanakku, ke masa dimana aku tak perlu memikirkan apapun, tak perlu ribet dengan urusan dunia dan hanya perlu bermain dengan bahagia.

Selama 2 tahun, pertemuanku dengan sahabatku bisa dihitung dengan jari dan awal 2013 aku bertemu lagi dengan sahabatku setelah sekian lama, dan itulah akhir dari penepian kami masing-masing. Kami kembali dan saling menguatkan, itu yang terpenting.

Yang bisa kami simpulkan dan kami pelajari dari beberapa masalah yang kami alami adalah Tuhan sedang mengajarkan cara untuk bertahan.

Secara pribadi aku sadar, saat itu aku benar-benar berusaha bertahan. Mengikuti irama kehidupan tanpa ada perlawanan. Bukan tak berani melawan, tapi karna tak tahu harus melakukan apa. Sampai saat ini aku hanya bertahan, bertahan sampai bisa tahu apa yang harus kulakukan. Bertahan memang jalan yang tepat, dan ini sangat menguras tenaga dan pikiran.

Tak mudah untuk merasakan hidup lagi setelah kejadian-kejadian itu. Kalian tahu, sakit yang sebenarnya adalah ketika kau tidak merasakan sakit sama sekali. Orang-orang menyebutnya dengan mati rasa.

Mungkin ini adalah fase pertama untuk menjadi dewasa. Aku yakin, semua orang mengalami fase ini dengan permasalahan masing-masing dan mendapatkan hidayahnya masing-masing.

Dan saat ini Tuhan sedang mengajarkan kami untuk berjalan kembali. Berjalan kembali dengan pribadi yang berbeda. Kami berusaha untuk menutup kenangan silam yang seharusnya sudah expired (tapi entah kenapa tanggal expired selalu diperpanjang). Meski kami tak bisa menutupnya rapat-rapat, tapi itu adalah usaha kami. Orang gaul bilang, kami harus bisa move on dari masa lalu kelam. Saat ini kami berani memutuskan untuk berusaha membuka lembaran baru dan mengikhlaskan apa yang telah terjadi.

Semoga orang-orang (mungkin bagian ini lebih ditujukan bagi pria yang akan menemani hidup kami suatu saat nanti -entah siapa-) bisa menerima kami apa adanya, menerima masa lalu kami, menerima kami tanpa harus menyuruh kami menjadi waras terlebih dulu, karna saat ini kami sudah benar-benar gila :) Dan kami butuh orang yang nggak ribet untuk menerima hidup kami yang sudah cukup ribet ini. Butuh penyuka barang antik untuk sesuatu yang antik pula.

Dan inilah awal dari lembaran baru kami :) Hope everything will be okay.
Read More..