Itu Bukanlah Sebuah Doa

Aku pernah mengatakan suatu hal ketika kita masih bersama. Sebagai seseorang yang berhubungan cukup dekat denganmu, sedikit banyak aku tahu bagaimana kehidupanmu. Mesti itu hanya satu dari bagian terkecil cerita hidupmu. Tapi aku tahu.

Aku masih ingat, entah kapan aku pernah mengatakan satu hal padamu di sela-sela istirahatku yang terhitung maju selama 15 menit. Waktu itu suasana agak sepi, iya tentu, itu sudah mendekati jam 2 dini hari. Aku mengatakan, "aku mau lihat jalan hidupmu seperti apa, apa yang bisa membuatmu sadar dan berhenti untuk bermain-main, apa yang bisa benar-benar membuatmu bersedih?".

Aku mengatakan itu benar-benar spontan dan tak pernah sedikitpun terbesit dipikiranku sebelumnya, bahwa aku akan menanyakan hal konyol itu. Aahh,, tapi biarlah, aku memang ingin mengetahuinya. Mungkin dalam benakmu, kau berpikir bahwa aku mendoakanmu supaya kau terpuruk. Tapi itu tidak benar.

Satu bulan sejak aku menanyakan itu, aku tak tahu apakah perkataanku sudah (sedikit) terkabul atau belum, terakhir aku dengar kabarmu dari seorang kawan bahwa kamu putus dengan kekasihmu. Dan nampaknya kamu sedikit menjadi lebih pendiam, tidak seperti dirimu yang dulu. Begitukah keadaanmu sekarang? Atau kamu sedang bersandiwara?

Aku tak tahu apakah berita itu benar atau hanya seutas sandiwara yang biasa kau mainkan. Hanya saja jika itu benar, mungkin aku hanya akan melihatmu dari kejauhan dan berdoa agar kamu baik saja dan berubah menjadi lebih baik setelah kejadian ini. Aku turut berduka, iya, atas kesedihan dan kekecewaan yang tergambar di matamu. Namun, aku tak sampai hati pada diriku sendiri untuk menjejakkan kakiku kembali hanya untuk bertanya, "kamu baik-baik saja?". Pertanyaan itu, aku yakin sudah sering kau dengarkan. Aku hanya akan tersenyum dan menyapamu ketika sedikit waktu mempertemukan kita, akan tetap melangkahkan kakiku ke depan dan tak akan pernah mencoba untuk melihat punggungmu kembali.

Aku pernah menyukaimu dan sempat sedikit berharap bahwa aku akan menjadi satu-satu wanita di hidupmu pada saat itu. Tapi tak pernah sedikitpun terbesit dipikiranku, bahwa kamu akan menjadi pendamping hidupku suatu saat nanti. Dan sekarang, langkahku adalah kedepan, aku akan mencoba tersenyum lebih pada orang yang berada di depanku.
0 Responses

yuk, bercuap :)