Bell's Palsy Menyerangku....

Dua bulan terakhir ini sepertinya jadi ujian dan peringatan buatku. Kenapa? Karena dalam 2 bulan ini, 3 kali aku pindah kost ke rumah sakit. Numpang hidup di sana. Selalu berkutat dengan jarum suntik dan obat-obatan. Mending kalau obatnya cuma 2 atau 3 kaplet, terakhir aku masuk rumah sakit (24/06) obat yang kumakan sebanyak 7 kaplet dan itu gedhe-gedhe semua. Fiuhh… nyaris nggak ketelan. Padahal tipusku dah negatif dan hasil labolatorium pun menyatakan bahwa kondisiku normal semua, hanya saja leukositku yang mendadak naik mencapai 20.000 ekor, eh salah, 20.000 keping.Yah… itu terjadi sekitar 2 minggu yang lalu ketika aku masuk rumah sakit untuk yang ketiga kalinya dan semoga itu menjadi yang terakhir bagiku.

Rabu (24/06) pukul 13.30 WIB (setahuku), tiba-tiba kepalaku kram dan rasanya seperti ditarik ke kanan/kiri. Untung orang tuaku segera bertindak cepat dan membawaku ke rumah sakit. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi padaku. Yang kurasakan saat itu, badanku gemetaran, tangan kananku mencekam erat telapak tangan ayahku, tangan kiriku memegang pipiku yang tak bisa digerakkan ke kiri, wajahku seperti tertarik ke kanan dan tidak bisa digerakkan, bola mataku berbelok tajam melihat ke atas dan terasa sulit sekali memejamkannya, pandanganku kabur dan semua yang lihat menjadi dua, mulutku tak bisa bersuara, hanya bisa bergumam tak jelas. Seluruh badanku mengeluarkan keringat, air mataku pun tak keluar dengan lancar, hanya sekedar menetes saja. Begitu agak membaik, kram di wajahku berganti, kali ini ke kiri dan tidak bisa digerakkan ke kanan. Aku ingin berteriak, aku merasa aku sudah berteriak sangat keras, tapi entah apa yang keluar dari mulutku. Aku mendengar ibuku membacakan ayat kursi untukku, beliau menangis. Ayahku terlihat khawatir mengenggam tanganku. Aku sedih melihatnya. Jarum infus yang sudah menancap di tangan kananku pun tak terasa sakit atau pegal sedikitpun. Ruangan IGD saat itu benar-benar terasa sangat menyesakkan buatku. Dokter-dokter jaga yang menanganiku juga kebingungan mengatasi ini semua. Mereka hanya bertanya hal-hal yang tidak bisa kujawab dan melihatku iba.

Selang beberapa waktu, aku dipindahkan ke kamar inap. Kamar itu terasa begitu panas buatku. Aku hanya bisa menahan rasa sakit di wajahku. Badanku memberontak tak karuan. Hanya bisa menangis dan berteriak di dalam hati. Hanya bisa menggenggam erat tangan kedua orang tuaku. Dan hanya bisa pasrah dan ikhlas atas semua yang terjadi padaku. Ibuku terus-terusan membacakan ayat kursi dan menuntunku untuk melafalkannya. Tapi lidahku tak bisa digerakkan. Obat yang harus kumakan pun tak tertelan olehku, malah kukeluarkan setelah kukunyah sekali. Air yang dimasukkan ke mulutku juga keluar melalui sisi-sisi mulutku, tak bisa tertelan. Butuh beberapa waktu untuk memaksa gigiku mengunyah obat itu dan menelannya. Perawat bilang, obat itu akan segera bereaksi dan aku akan tenang pada jam 5. Tapi semua itu tidak benar.

Jarum jam yang berada tepat di depanku menunjukkan arah ke angka 6. Adzan Maghrib berkumandang. Serta merta ibuku menuntunku untuk sholat Maghrib. Beliau menuntunkan doa-doa sholat kepadaku. Aku berusaha mengikutinya. Tak bisa mengeluarkan suara, aku mengikutinya dalam hati. Aku mengikuti setiap kata yang beliau ucapkan padaku. Aku berusaha bersuara dan terus berusaha. Akhirnya mulutku bisa bersuara, aku mengikuti setiap rangkaian doa yang ibu ucapkan dengan terbata-bata, dengan suara lirih. Belum selesai beliau menuntunku sholat, ototku terasa kendor semua, aku merasa sangat nyaman dengan keadaanku seperti itu. Dan aku tertidur. Mataku akhirnya terpejam, mulutku dapat menutup, dan wajahku kembali normal. Badanku terasa lemas. Penderitaanku yang kurang lebih berlangsung selama 4,5 jam penuh itu terasa sangat lama buatku. Sekitar jam setengah tujuh aku terbangun. Aku merasa sudah tidur lama….sekali. Begitu bangun, badanku pegal semua. Seluruh badanku sakit seperti habis dipukuli orang satu kampung. Bergerak sedikit saja, tulang-tulangku serasa mau patah semua. Owh…tidak…ternyata penderitaanku masih berlanjut.

Lucunya, setelah semua itu berakhir perutku merasakan lapar yang teramat sangat. Dan semua orang menertawakanku ketika aku minta makan pada ibuku. Beruntung saat itu ada teman orang tuaku yang menemani ibuku karna ayahku sedang pulang ketika aku mulai tenang. Mereka pergi mencarikanku makanan dan kembali dengan membawakan 2 bungkus bubur sumsum untukku. Dan 2 bungkus bubur itu kutelan cepat-cepat. Haahh… cacing di perutku sepertinya sangat kelaparan.
Aku mengangkat tubuhku dan mencoba untuk duduk sambil “selonjor”, kemudian mengamati seluruh bagian tubuhku yang terlihat olehku. Bisa ditebak apa warnanya, putih. Sempat-sempatnya aku bercanda dengan ibu dan teman-temannya. “Bu, aku jadi tambah putihnya, tambah cantik.”
Owh….tidak……………………………..!!!!!!!!!!!

Selesai makan, aku mencoba membaringkan tubuhku yang terasa remuk redam itu. Mencoba untuk tidur dan melupakan semuanya yang telah terjadi padaku siang tadi. Orang tuaku tidur di bawah beralaskan kursi yang bisa “dipotong-potong” itu. Mereka terlihat sangat nyeyak dan menikmati kelelahannya. Tapi aku?? Owh…no…!! Sama sekali tidak bisa tidur dan hanya berkutat dengan hapeku yang manis sekali menemaniku malam itu. Untung semalaman aku tidak memikirkan hal-hal “aneh” yang biasanya sering muncul seperti di tipi-tipi itu. Haahhhh….mengerikan, setidaknya buatku. Selamanan cacing di perutku menari dan bernyanyi-nyanyi, membuatku merasa tak enak dan tak nyaman. Benar-benar malam yang sangattttttttttttttttt….panjang.

Matahari kian beranjak dari belahan bumi bagian timur dan ia terus merangkak tuk menyinari bumi-Nya. Langit dan awan benar-benar menjadi pasangan yang sangat serasi pagi itu. Tapi… ada yang membuatku kesal pagi itu. Kalian tahu apa yang membuatku kesal???? Sampai jam 8 sarapan belum juga datang!!! Owh tidak…. Peliharanku sudah hampir mati kelaparan dan kecapekan bernyanyi dan menari semalaman.

Yah,,, 7 hari sudah aku tidur di hotel berbintang 5 (anggap saja begitu, daripada harus menyebutkan rumah sakit… loh???). Makan, minum obat, nonton tipi, tidur, seperti itulah gambaran kehidupanku di sana. Tapi kenapa badanku jadi kurus begini?????

Selasa (30/06), aku keluar dari rumah sakit. Seperti yang sudah kutulis di awal, hasil labolatorium semuanya normal, hanya leukositku saja yang tinggi karna memang ada infeksi di ususku. Dan 1 diagnosa dari dokter syaraf yang menanganiku, yaitu Bell’s Palsy. Apa itu? Itulah yang selalu kutanyakan dan menjadi pe-er buatku. Sedikit informasi dari buku kesehatan milik orang tuaku, Bell’s Palsy adalah suatu penyakit yang menyebabkan kelumpuhan syaraf wajah ke-7 untuk sementara. Tanda-tandanya ya seperti yang sudah kualami dan kutuliskan tadi. Betapa kagetnya diriku membacanya. Dan satu pertanyaan yang selalu terngiang di benakku saat itu. Kenapa itu bisa menyerangku???

Infeksi usus yang kuderita ternyata tidak main-main. Selama 5 hari perutku benar-benar tak enak, perih, dan mual. Tak bisa menerima makanan yang keras. Saat itu hanya bubur yang bisa kutelan, itu pun bubur yang sangat cair, jika perlu masih dikasih kuah ke buburku. Dan obat-obatan itu membuatku merasa tak enak sekali. Hari ketiga pasca keluar dari RS, orang tuaku membawaku ke tukang pijet refleksi/ syaraf. Enak sekali badanku dipijat. Hari keempat dan kelima, aku memuntahkan makanan yang sudah kutelan. Dan perutku benar-benar lega, teh hangat yang kuminum setelah itu benar-benar membuat perutku merasa sangat nyaman.

Tiga kali pijat refleksi membuat badanku segar lagi... ibuku juga mengiyakan perbedaan sebelum dan sesudah aku menjalani pengobatan alternatif itu. Yah...wajahku segar kembali dan gerak gerikku dah kembali seperti semula. Aku disarankan untuk meminum perasan daun pepaya dan perasan kencur dicampur dengan madu. Owh...tidak... perasan daun pepaya itu hanya sedikit yang tertelan olehku, rasanya tak enak, pahit. Padahal itu untuk membersihkan racun di ginjalku atas apa yang telah kumakan sebelumnya. Hanya perasan kencur saja yang tertelah olehku. Yah... setidaknya ada sesuatu yang bisa “menambal” infeksi di ususku. Hanya butuh 3 hari tuk menambal infeksinya, setelah itu aku benar-benar merasakan nikmatnya melahap makanan... subhanallah.....

Jum’at (10/07), aku kembali ke Jogja… yah,,,sekalian nganter kakakku yang hendak balik ke Bogor dengan kereta. Yah…mau gimana lagi, sekitar Jakarta lagi macet-macetnya pasca pilpres 8 Juli lalu. Tapi ujung-ujungnya, tetep aja naik bus dari terminal Giwangan karna tiket kereta habis, sedangkan dia harus secepatnya kembali ke habitat keduanya itu.

Minggu (12/07), hari itu merupakan hari yang sangat melelahkan sekaligus menyenangkan bagiku, tapi juga sedikit membuatku menyesal karna suatu hal. Pukul 20.30 WIB, aku pergi ke warnet. Entahlah,,, malam itu rasanya ada yang sengaja menarikku tuk singgah ke warnet. Tentu hal pertama yang kubuka setelah komputer stand by adalah emailku, yang kedua facebook, dan ketiga mesin pencari yang sudah menjadi langganan jutaan manusia tuk meraup segala informasi dari sana, apa lagi kalau bukan google. Serta merta kumasukkan key word Bell’s Palsy, lalu kutekan tombol enter tuk mulai mencarinya. Beberapa informasi tersaji dengan cepat di depan mataku.

Apa itu Bell’s Palsy……?

Mungkin nama penyakit ini tidak sering diketahui oleh kebanyakan orang. Sir Charles Bell, demikian nama seorang ahli bedah Skotlandia yang pertama kali menemukan penyakit ini pada abad 19. Penyakit ini menimbulkan derajat keluhan klinis yang beragam. Kendati demikian wajah yang tidak simetris, kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna, gangguan pengecapan serta sensasi mati rasa (baal/kebas) pada salah satu sisi wajah merupakan keluhan yang sering terjadi. Pada beberapa kasus disertai adanya hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga berdenging, nyeri kepala dan perasaan melayang. Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam 2 hari. Keluhan yang terjadi diawali oleh nyeri pada telinga yang seringkali dianggap sebagai infeksi.
Berbeda dengan serangan stroke, pada Bell’s Palsy tidak disertai dengan kelemahan anggota gerak. Hal ini disebabkan oleh letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada stroke disebabkan oleh rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, termasuk wajah. Sedangkan pada Bell’s Palsy, kerusakan terjadi langsung pada saraf yang mengurus persarafan wajah. Saraf fasialis, demikian nama serabut saraf yang mengurus bagian wajah dan merupakan bagian dari 12 pasang saraf otak. Saraf ini berasal dari bagian batang otak yang disebut pons. Dalam perjalanannya menuju kelenjar parotis, saraf fasialis ini harus melalui suatu lubang sempit dalam tulang tengkorak yang disebut kanalis Falopia. Setelah mencapai kelenjar parotis, saraf fasialis ini akan bercabang menjadi ribuan serabut saraf yang lebih kecil yang mempersarafi daerah wajah, leher, kelenjar liur, kelenjar air mata, 60% bagian depan lidah dan sebagian telinga.

Bell’s Palsy dapat terjadi pada pria atau wanita segala usia dan disebabkan oleh kerusakan saraf fasialis yang disebabkan oleh radang, penekanan atau pembengkakan. Penyebab kerusakan ini tidak diketahui dengan pasti, kendati demikian para ahli meyakini infeksi virus -Herpes Simpleks- sebagai penyebabnya. Sehingga terjadi proses radang dan pembengkakan saraf. Pada kasus yang ringan, kerusakan yang terjadi hanya pada selubung saraf saja sehingga proses penyembuhannya lebih cepat, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat terjadi jeratan pada kanalis falopia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen serabut saraf.

Bell’s palsy mengenai laki-laki dan wanita dengan perbandingan yang sama. Akan tetapi, wanita muda yang berumur 10-19 tahun lebih rentan terkena daripada laki-laki pada kelompok umur yang sama. Penyakit ini dapat mengenai semua umur, namun lebih sering terjadi pada umur 15-50 tahun. Pada kehamilan trisemester ketiga dan 2 minggu pasca persalinan kemungkinan timbulnya Bell’s palsy lebih tinggi daripada wanita tidak hamil, bahkan bisa mencapai 10 kali lipat.

Gejala??

Bell's palsy terjadi secara tiba-tiba. Beberapa jam sebelum terjadinya kelemahan pada otot wajah, penderita bisa merasakan nyeri di belakang telinga. Kelemahan otot yang terjadi bisa ringan sampai berat, tetapi selalu pada satu sisi wajah.

Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi datar dan tanpa ekspresi, tetapi penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir. Sebagian besar penderita mengalami mati rasa atau merasakan ada beban di wajahnya, meskipun sebetulnya sensasi di wajah adalah normal.
Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan dalam menutup matanya di sisi yang terkena.Kadang penyakit ini mempengaruhi pembentukan ludah, air mata atau rasa di lidah.

Hmm… sepertinya aku juga merasakan hal itu, nyeri di telinga, dan kupikir itu hanya infeksi atau karna telingaku kotor. Tapi ketika kubersihan telingaku dengan cotton buds, sama sekali tak ada kotoran, bahkan bersih. Dan aku tak mempermasalahkan itu semua.
Dan siang itu, semua yang telah kuceritakan di awal tadi terjadi terjadi padaku.

Pengobatan??

Sekitar 80-85% kasus, dapat sembuh spontan dalam 3 bulan. Akan tetapi beberapa penelitian mengatakan obat antivirus dan antiinflamasi efektif mempercepat proses penyembuhan apalagi jika pemberiannya sedini mungkin. Sedangkan nyeri dapat diatasi dengan analgetik seperti parasetamol dan ibuprofen, untuk pertumbuhan serabut saraf yang rusak dapat digunakan terapi vitamin dengan menggunakan vitamin B6 dan B12. Evaluasi terhadap derajat kerusakan saraf dapat dilakukan setelah melewati fase akut dengan menggunakan pemeriksaan elektromiografi (EMG) pada minggu kedua dengan memeriksa refleks kedip (blink reflex). Dengan demikian pemeriksaan ini dapat digunakan untuk memprediksi prognosis penyakit.

Botolinum toxin type A atau yang lebih dikenal dengan botox merupakan alternatif terapi yang dapat digunakan dan berfungsi untuk relaksasi otot-otot wajah. Alternatif terapi lainnya berupa akupuntur, stimulasi galvanik dan biofeedback.

Selain terapi utama, hal penting yang menjadi perhatian dalam tatalaksana penyakit ini adalah mata. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna akan dapat menimbulkan masalah baru, iritasi serta infeksi mata akan rentan terjadi jika tidak dilakukan perhatian khusus pada masalah ini. Hal yang dapat dilakukan berupa pemberian air mata buatan, mengedipkan mata secara manual, penggunaan pemberat kelopak mata hingga tindakan operatif.

Pada kelumpuhan yang berat, pemijatan pada otot yang lemah dan perangasangan sarafnya bisa membantu mencegah terjadinya kekakuan otot wajah. Jika kelumpuhan menetap sampai 6-12 bulan atau lebih, bisa dilakukan pembedahan untuk mencangkokkan saraf yang sehat (biasanya diambil dari lidah) ke dalam otot wajah yang lumpuh.

-Latihan wajah-

Komponen lain yang tidak kalah pentingnya dalam optimalisasi terapi adalah latihan wajah. Latihan ini dilakukan minimal 2-3 kali sehari, akan tetapi kualitas latihan lebih utama daripada kuantitasnya. Sehingga latihan wajah ini harus dilakukan sebaik mungkin. Pada fase akut dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah, hal ini berguna mengingkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin. Gerakan yang dapat dilakukan berupa:
  • Tersenyum
  • Mencucurkan mulut, kemudian bersiul
  • Mengatupkan bibir
  • Mengerutkan hidung
  • Mengerutkan dahi
  • Gunakan telunjuk dan ibu jari untuk menarik sudut mulut secara manual
  • Mengangkat alis secara manual dengan keempat jari
  • Menutup mata

Prognosis

Jika kelumpuhannya parsial (sebagian), maka penyembuhan total terjadi dalam waktu 1-2 bulan. Prognosis pada kelumpuhan total adalah bervariasi, tetapi sebagian besar mengalami penyembuhan sempurna. Untuk menentukan kemungkinan terjadinya penyembuhan total, bisa dilakukan pemeriksaan untuk menguji saraf wajah dengan menggunakan rangsangan listrik. Kadang saraf wajah membaik, tetapi membentuk hubungan yang abnormal yang menyebabkan timbulnya gerakan yang tidak dikehendaki pada beberapa otot wajah atau keluarnya air mata secara spontan. Secara umum penyakit ini dapat disembuhkan, kendati tergantung dari derajat kerusakan sarafnya.

Entah karna terbawa emosi atau perasaan (loh??), ketika aku membaca artikel di sebuah web, air mataku langsung mencucur seketika. Dan tak bisa berhenti. Aku tak bisa berpikir apapun, spontan aku berpikir negatif tentang penyakit itu. Dan aku tahu, seperti inilah aku ketika menghadapi sebuah masalah. Aku selalu berpikir negatif ketika melihat dengan mata dan perasaanku. Tapi sehari dua hari, ketika logika dan semangatku mulai tumbuh kembali, semua pikiran negatif lenyap tak berbekas. Dan mulai kucari informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit ini.

Awalnya aku tidak mengerti kenapa aku bisa terkena penyakit “syaraf”? Yah, siapa sangka sih dari tipus bisa nyerang ke syaraf?? Aku juga nggak ngerti. Tapi setelah kubaca dan kucermati, mungkin memang benar dan besar kemungkinannya memang aku bisa terkena penyakit itu. Kalian tahu bahwa hasil labolatoriumku semuanya normal termasuk hemoglobinku, kecuali leukositku yang meningkat drastis. Itu tandanya ada infeksi di bagian dalam tubuhku. Di mana lagi kalau bukan di usus karna selama aku di rawat emang perutku yang bermasalah, dan lagi belum lama aku punya riwayat tipus, 2 kali lagi… Sedangkan Bell’s Palsy dipicu oleh infeksi virus Herpes yang ada di dalam tubuh. Tapi sampai sekarang aku masih belum tahu tentang virus Herpes (yang ada di tubuh kita) ada di bagian mana saja… atau bagaimana lah… aku tak mengerti… yah, akan kucari tahu nanti…

Selain itu juga karna suhu di Wonosobo saat itu memang sangat dingin. Entah karna aku sedang sakit atau memang sangat dingin. Tapi aku merasakan dinginnya Wonosobo saat itu. Sepertinya juga belum dijelaskan di atas tadi kalau Bell’s Palsy juga dipicu oleh suhu yang dingin dan angin. Yang kutangkap dari beberapa sumber adalah bahwa Bell’s Palsy dapat dipicu oleh angin yang menimpa wajah pada satu sisi saja. Justru kalau angin dan suhunya merata itu malah tidak berbahaya. Angin yang masuk pada salah satu sisi tersebut membuat lembab di salah satu syaraf dan terjadi kelumpuhan pada syaraf tersebut. Akibatnya ya seperti yang telah kuceritakan di awal tadi…

Buat temen-temen semua yang dah baca ceritaku, jagalah kesehatan temen-temen semua. Buat para cewek, gak usah takut gendut karna biasanya cewek yang paling susah disuruh makan karna takut tubuhnya melar ke samping. Kesehatan itu mahal……..banget harganya, aku dah ngrasain itu… .^_^.
Trus, bagi yang (mungkin) dah pernah punya riwayat Bell’s Palsy, aku yakin kalian pasti juga dah tahu bagaimana cara pencegahan dan pengobatannya selain mengkonsumsi obat-obatan (kimia). Jika bersedia, aku ingin sedikit bertukar pikiran tentang penyakit ini. Karna awalnya ketika pertama kali membaca tulisan di salah satu halaman web, jujur aku sangat syok dan takut akan semua ini. Aku takut merasakan sakit itu lagi…. Hikz hikz… ini sungguh sangat tidak menyenangkan…

Mungkin hanya ini yang bisa kutulis di sini… terlalu banyak mungkin… tapi tak apa…
Silahkan dibaca jika kalian memang ingin membacanya, tapi silahkan tutup halaman ini jika kalian bosan membacanya. Aku sangat menghargai itu semua…

Untuk temen-temenku semua yang sangat mengkhawatirkan keadaanku (mungkin), setidaknya sekarang aku dah tahu bagaimana pencegahan dan pengobatannya. Jadi, kalian tidak perlu khawatir lagi padaku. Mm… walaupun aku sendiri kadang kurang yakin dengan apa yang kulakukan, tapi aku yakin aku pasti sembuh. Dan aku yakin bahwa kalimat ini benar adanya, “Bahwa 20% penyakit sembuh karna obat-obatan, selebihnya sembuh karna keyakinan untuk sembuh dalam diri pasien”.

Sumber :
www.indonesiaindonesia.com
0 Responses

yuk, bercuap :)