Just Shut Up, Boy!

Cerita ini cukup rumit, dan aku sangat berterimakasih sekali kepada masa laluku yang tak kalah rumit dari masalah ini. Sehingga kini aku menjalaninya dengan sangat santai. Meski rasanya hatiku bergejolak hebat dan emosiku memuncak. *sebelah mananya yang santaiii*

Aku pernah bilang bahwa aku sangat benci pada orang yang sok tahu tetang siapa aku, bagaimana aku, men-judge ini itu, sedangkan dia hanya melihat cover-nya saja.

Aku juga pernah bilang, bahwa aku tak mengerti benar seperti apa diriku. Yang aku tahu adalah mereka membicarakan sesuatu yang tidak kulakukan. Itulah yang kumaksud dengan salah menilaiku.

Kepercayaanku pada manusia benar-benar pudar setelah kejadian 3 tahun lalu. Kalaupun aku mempercayai manusia, itu adalah pemberian dari Tuhanku. Kau percaya pada mimpi? Aku percaya, tapi mimpi yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.  Percaya pada kebetulan? Tidak, tidak ada kebetulan di dunia ini.

Sepertinya aku mengerti mengapa Tuhan memberiku mati rasa yang teramat sangat. Agar aku tak terlalu sakit menjalani kehidupan yang nampak kejam ini. Agar aku bisa selalu menggunakan logikaku, dan tak selalu terbawa pada perasaan dan emosiku yang mudah tersulut.

Api mulai membesar. Aku ikut andil dalam menyiram bensin kedalamnya. Sekarang semuanya sudah berkobar. Luluh lantah menghujam pemikiran-pemikiran yang begitu kerdil. Pemikiran yang tak sedewasa usia yang kian berkurang.

Ini hidupku, aku yang menjalaninya, aku tak peduli pada masa lalu karna tiap orang punya masa lalu. Aku akan lebih memilih mantan preman daripada mantan ustad. Aku akan lebih mempercayai kata hatiku daripada aku harus mendengar omongan dari luar. Itu prinsipku.


I drive my way, bukan kamu, dia, ataupun mereka. Ini pilihanku. Dan berhentilah membual sesuatu yang yang tak jelas ujungnya. Just shut up boy! You're nothing,, 
2 Responses
  1. Unknown Says:

    to whom it was dedicated?hehehe


  2. all of 'em,,


yuk, bercuap :)