Kesempatan Kedua

Kemarin di suatu sore, aku bertemu dengan seorang kawan lama. Dia sahabatku. Tempatku berkeluh kesah. Tempatku tertawa, menangis, bercanda, bertukar pikiran, beradu logika, dan (kadang) bertengkar. Egois satu sama lain, itu manusiawi. Lama sekali aku tak jumpa dengan gadis ini. Rasanya seperti bertemu sahabat lama yang sudah bertahun-tahun tak jumpa. Padahal baru beberapa bulan kebelakang aku (hampir) tak melihatnya. Yah, "kesibukan" kami yang sekarang bukan notabene anak kulihan lagi. 

Dulu kami memang satu tim untuk sebuah "artikel pendek" yang selalu dikerjar dateline. Juga satu tim dalam urusan organisasi kampus. Sekarang, dia yang mengurung diri di kamarnya dan ber-ilustrasi dengan segala imajinasi dalam setiap khayalannya. Dan aku yang menghabiskan waktu untuk menjadi seorang konsultan di bidang telekomunikasi. Oke, ini hidup kami sekarang. Dia mengirimkan tulisan-tulisannya ke penerbit, dan aku cukup "bahagia" mem-posting tulisanku di blog pribadiku. Seperti yang sedang kau baca sekarang.

Aku bertemu dengannya di warung makan langganan kami ketika kuliah. Warung Tini. Penyetan "mewah" dengan harga mahasiswa. Sebenarnya aku menyuruhnya datang untuk menemaniku makan. Oke, kini kami berbeda profesi, tetapi masalah cinta kami tetap sama. Terpaku pada satu orang yang tak jelas seperti apa kabar dan keadaannya.

Kami sudah berusaha melupakan mereka. Berusaha sangat keras melupakan mereka. Dan kami melupakan suatu hal yang sudah sangat jelas kami ketahui, "jangan berusaha untuk melupakan "suatu hal", karna kau tak akan pernah bisa melupakannya setiap kau mencoba melupakannya". Itu paten. Dan itulah otak manusia.

Kami hanya membayangkan dan mencoba bertanya pada diri kami sendiri atau bertanya satu sama lain, "jika seandainya suatu saat 'mereka' datang kembali, apa yang akan kamu lakukan?". Jawabannya satu, "menerimanya kembali". Lantas, pertanyaannya adalah, "'mereka' datang kembali dengan status 'mereka' yang masih single atau sudah punya pasangan hidup?" Cukup berat bukan? Kami hanya bisa tertawa di atas rasa "kasian" terhadap diri kami sendiri.

Mungkin saat ini kami sudah mempunyai "pasangan" masing-masing. Kami sedang (mencoba) menjalani hidup kami yang baru. Hidup bersama dengan orang yang (mungkin) kami sukai. Entah dengan hati yang (cukup) lapang untuk menjalaninya atau hanya setengah hati kami. Pikiran kami masih sama seperti dua tahun lalu. Bagaimana jika "mereka" datang kembali disaat kami (sedang) menjalani hidup kami yang baru?
Masalah bukan ketika "aku" menghancurkan sebuah persahabatan demi seorang "aku" yang "mereka" suka, tetapi masalah adalah ketika (kelak) orang yang "aku" cintai datang kembali dikehidupanku ketika "aku" memiliki kehidupan baru yang "hampir" kujalani dengan sepenuh hati.

Kenapa kami mengatakan ini?

Karna (mungkin) kesalahan ada pada kami. Kami yang menyulut api dari hubungan ini. Kami mengejar ketika mereka bahagia dengan hidup mereka dan kami pergi ketika mereka mengejar untuk mendapatkan hidup kami setelah "membuang" hidup bahagia mereka. Dan inilah sebuah penyesalan. Ketika mereka harus pergi dan kami berusaha mencarinya, demi mendapat sebuah "kesempatan kedua".

Pernah, kami sepakat untuk move on. Move on dari cerita tentang "mereka". Tetapi itu gagal. Mimpi dan kejadian-kejadian ganjil selalu datang pada kami. Memberikan insyarat atau mungkin (hanya) sekedar bunga tidur yang kami tanggapi terlalu serius. Tapi kami, adalah dua orang dari segelitir orang yang percaya pada Tuhan, mimpi, dan kejadian-kejadian yang (mungkin) "sengaja" dibuat oleh Tuhan untuk memberikan isyarat pada kami. Karna satu yang kami percaya, kebetulan itu tidak ada. Semua atas kehendak Tuhan.

Kesimpulannya, sampai kapan kami bisa bertahan menjalani hidup seperti ini? Berjuang menghapus mati rasa ini, berjuang untuk rasa bersalah di masa lalu, berjuang demi harapan mendapat sebuah kesempatan kedua, atau berjuang untuk mendapatkan masa depan terbaik bagi kami. Ini bukan hal yang mudah kami jalani. Dan kami berusaha menjadi "kuat" untuk diri kami sendiri.

- dedicated to Rian and Idam -
0 Responses

yuk, bercuap :)